Benarkah Kita Khairu Ummah?
Banyak pertanyaan yang terlintas dalam benak kita, manakala menatap eksistensi ummat Islam pada saat ini. Memikirkan kembali keberadaan kita – umat Islam – yang digelari ALLAH SWT sebagai khairu ummah (sebaik-baik umat), dengan realiti di mana posisi umat Islam dewasa ini.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
(Surah ali-Imran 3: 110)
Benarkah kita khairu ummah?
Umat yang mampu tampil sebagai pemimpin dunia, mengarahkan peradaban dan menyelamatkan umat manusia? Yang pada kenyataannya umat Islam yang 1 million ini tidak berdaya menghadapi keganasan Yahudi yang hanya berjumlah 11 juta di dunia ini. Negeri-negeri Islam dengan berbagai sumber daya alamnya terkuras untuk kepentingan umat lainnya dan sebahagian besar lainnya terjerat oleh hutang-hutang yang membelenggu kemerdekaannya. Dan kita pun tak mampu berbuat banyak tatkala saudara-saudara kita sesama Muslim mengalami penindasan, pemerkosaan dan pembantaian di berbagai belahan bumi ini.
Benarkah kita khairu ummah?
Umat yang memiliki persatuan yang kokoh dan persaudaraan bagai tubuh yang satu, di mana bila sakit salah satu anggota tubuh itu akan terasakan oleh anggota yang lainnya? Tetapi realiti menunjukkan bahawa perselisihan dan persengketaan seolah telah menjadi candu bagi negara-negara Islam. Kita gemar berselisih dalam hal-hal kecil dan berperang untuk masalah-masalah sepele (remeh). Apakah gerakan yang menggerakkan Iraq satu masa dulu untuk menyerang Kuwait yang sama-sama Muslim? Apakah yang ada dalam benak Perikatan Utara yang menyatakan dirinya Muslim tatkala mereka menggempur Taliban yang juga Muslim? Apakah yang difikirkan oleh sesebuah negara Islam yang membenarkan tentera kuffar untuk berpengkalan di negaranya untuk menyerang anggota tubuhnya yang lagi satu?
Benarkah kita khairu ummah?
Umat yang meraih kejayaan hidup di dunia dan di akhirat? Padahal sebahagian besar dari umat ini telah tertipu oleh kehidupan dunia yang menipu dan melenakan dengan melepaskan Islam dari kehidupannya dan menukarkannya dengan berbagai macam ideologi sesat yang diimport dari Barat, yang dibuat oleh manusia, yang menghasilkan kerosakan akhlak dan kebejatan moral serta bertaqlid buta kepada Barat. Sementara sebahagian lainnya mengurung diri di masjid dan asyik berpuas diri dengan beragam bentuk ibadah ritual, tanpa peduli terhadap kondisi umat Islam yang menyedihkan. Sehingga Islam tak lebih dari serangkaian dogma beku tentang hal-hal metafisis, dan menjadi rekreasi rohani sebagai pelarian dari tekanan kehidupan.
Itukah yang dimaksud ALLAH sebagai khairu ummah? Ataukah kita perlu mendefinisikan kembali Islam dan umat Islam? Atau merevisi kembali ayat-ayat ALLAH, agar kita dapat ‘memahami’ realiti umat Islam yang kontradiktif (banyak pertentangannya antara keinginan dan kenyataan yang dilakukan) ini?
Sejenak bersama khairu ummah terdahulu
Sesungguhnya khairu ummah bukanlah suatu gelar warisan yang akan secara turun-temurun disandang oleh setiap generasi yang mengklaimnya (mengakuinya), sehingga orang jahil akan sama dengan orang ‘alim; dan orang-orang yang lalai sedarjat dengan mereka yang berjihad. Khairu ummah bukan pula suatu predikat murah yang cum-cuma diberikan kepada umat yang mengaku Muslim, tanpa adanya pembuktian dari keimanannya dalam perkataan mahupun perbuatan/perilaku.
ALLAH SWT tidak memberikan predikat/gelar ini kepada suatu kelompok masyarakat yang mengaku Muslim, tetapi dalam sehariannya mereka membuang Islam dalam kehidupannya. Predikat khairu ummah pun tidaklah layak bagi umat yang berpangku tangan terhadap problematika umat Islam dan duduk bersenang-senang tanpa beranjak untuk berjihad membela Islam dan menghancurkan musuh-musuhnya. Tetapi umat ini akan menjadi khairu ummah selama mana mereka berpegang teguh dengan ajaran Islam, menjadikan Islam sebagai aturan dan pedoman hidupnya serta tak henti-hentinya menyerukan umat manusia menuju kebaikan dan taqwa, serta meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran sejauh-jauhnya.
Sebagaimana firman ALLAH SWT dalam QS. 3: 110 tadi di atas:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Gambaran yang jelas tentang profil khairu ummah adalah pada masyarakat Islam pertama, iaitu generasi para sahabat/salafus shalih. Merekalah umat yang secara ekplisit dinyatakan ALLAH dalam al-Quran sebagai khairu ummah, dan dalam kenyataannya sejarah mencatat kemuliaan mereka. Selama lebih dari 7 abad lamanya umat Islam kemudian memimpin peradaban dunia dan menyelamatkan umat manusia dan mengeluarkannya dari kesempitan hidup dunia kepada keluasan rahmat ALLAH SWT.
Profil mereka adalah sebagaimana yang ALLAH gambarkan dalam firman-Nya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Surah al-Fath 48: 29)
Pada ayat yang lain ALLAH menerangkan karakteristik mereka:
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Surah al-Maidah 5: 54)
Generasi sahabat telah tampil menghiasi sejarah dengan penuh ‘izzah (kemuliaan) dan keberanian, dan generasi semacam itu tidak mustahil untuk muncul kembali menggantikan suatu kaum yang telah berpaling dari ajaran Islam dan diliputi kehinaan sebagaimana yang dinyatakan oleh ALLAH pada awal surah tersebut di atas, asal merekapun berusaha dan berjihad seperti halnya yang dilakukan oleh para sahabat dan memenuhi syarat-syaratnya sehingga mereka mampu tampil sebagai mengemban risalah Islam yang akan memimpin dan menyelamatkan dunia dan umat manusia. Dengan demikian mereka layak untuk menyandang predikat khairu ummah.
Menjadi khairu ummah
Ketika membaca surah ali ‘Imran ayat 110 di atas, ‘Umar Ibnu Khattab RA berkata: Barangsiapa yang redha dengan gelar ini, maka perhatikanlah syarat-syaratnya”.
Ada 3 syarat tercantum dalam ayat itu, agar umat Islam kembali meraih gelar khairu ummah iaitu: menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada ALLAH.
Iman kepada ALLAH merupakan landasan pertama bagi setiap Muslim untuk mengimani pokok-pokok keimanan beserta cabang-cabangnya. Di atas landasan inilah tegaknya bangunan Islam yang meliputi segala aspek kehidupan. Bangunan Islam yang utuh yang mengatur masalah ibadah dan mu’amalah, aqidah dan syari’ah.
Iman kepada ALLAH merupakan titik tolak pembebasan manusia dari segala belenggu kehidupan; kemerdekaan akal dan perasaan dari berbagai khurafat, tahyul dan kemusyrikan. Hati yang hidup dengan iman dan ma’rifatullah adalah hati yang tak pernah takut dan tunduk kepada selain ALLAH. Hati yang sentiasa tenteram, tak pernah gelisah dan jiwa selalu optimis terhadap pertolongan ALLAH. Di sinilah letak kebahagiaan dan ketenangan hati itu.
Kerana itu orang yang beriman akan memandang kekufuran sebagai kesengsaraan dan kehinaan. Mereka akan bangkit memimpin dunia menuju kesejahteraan, mengangkatnya dalam kemuliaan dan mengeluarkannya dari kegelapan jahiliyyah. Mereka – dengan keimanannya – akan menyeru umat manusia agar hidup sejahtera di bawah naungan Islam. Inilah landasan kedua yang akan mengangkat darjat umat Islam.
Dan landasan ketiganya adalah mencegah manusia dari perbuatan mungkar. Ini adalah lebih sulit daripada sekadar mengajak kepada kebaikan, kerana mencegah kemungkaran menuntut adanya kekuasaan dan kekuatan. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya… yang demikian itulah selemah-lemahnya iman.”
Merubah kemungkaran dengan kebaikan merupakan bukti kukuhnya iman, membiarkan kemungkaran dengan sekadar membencinya dari hati adalah suatu tanda kelemahan iman, sedangkan orang yang meredhai kemungkaran menandakan ketidakberadaan iman pada dirinya walau sebutir pasir pun.
Itulah 3 sifat yang menjadi karakteristik khairu ummah dan umat Islam akan tetap menjadi umat terbaik apabila ketiga-tiga sifat tersebut ada dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar